Kilasbisnis.com, Surabaya – Merek-merek makanan dan minuman legendaris yang telah ada sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 masih tetap eksis hingga saat ini, meskipun terus dihadapkan dengan tantangan modernisasi, globalisasi, dan digitalisasi. Generasi milenial mungkin tidak menyadari bahwa makanan dan minuman yang mereka nikmati sehari-hari telah berdiri sejak lama. Kualitas produk menjadi faktor utama dalam mempertahankan eksistensi merek, namun strategi pemasaran yang cerdas juga berperan penting dalam meraih perhatian konsumen. Pada ulasan bagian 1, telah ada tiga merk seperti Teh Botol Sosro , Blue Band dan Meises Ceres yang telah dibahas. Beberapa merek bahkan berhasil merebut hati generasi kini melalui adaptasi, transformasi, inovasi, dan kreativitas yang tak kenal henti. berikut merek-merek legendaris lainnya.
1. Kecap Bango
Kecap Bango, merek kecap manis legendaris yang telah ada sejak tahun 1928 sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, masih tetap eksis dan menjadi salah satu merek kecap paling laris di pasaran. Dengan pemilihan bahan baku unggulan dan rasa manis yang kuat, kecap Bango berhasil merebut hati konsumen dari generasi milenial hingga saat ini. Setelah diakuisisi oleh PT Unilever Indonesia, merek ini semakin dikenal dan mudah ditemukan di pasaran. Menyadur hasil review Foodie 2023 dalam laman https://id.my-best.com/135989, menempatkan kecap manis Bango sebagai kecap paling laris. Alasan utamanya adalah pemilihan bahan bakunya yang unggulan. Kecap ini menggunakan “malika”, varietas kedelai hitam asli Indonesia, yang mutunya di atas rata-rata dengan rasa manis yang kuat. Rasa manis dalam kecap Bango pas untuk ditambahkan ke dalam hidangan khas Indonesia yang sarat akan rempah.
(credit: awards.brandingforum.org)
Aslinya, merek Kecap Bango ini bermula dari pojok kampung di daerah Benteng, Tangerang, Banten pada tahun 1928. Adalah pasangan suami-istri Tjoa Pit Boen dan Tjoa Eng Nio yang mengawali cikal bakal pembuatan Kecap Bango ini di dalam rumah mereka. Saat itu, jangkauan produknya baru meliputi kawasan Jabotabek. Nama Bango dipilih sebagai bentuk harapan agar produk kecap manis itu dapat diterima di pasar dan terbang tinggi seperti burung. Pada tahun 1992, PT Unilever Indonesia tertarik untuk mengakuisisi Kecap Bango sehingga akhirnya Kecap Bango resmi menjadi salah satu produk PT Unilever Indonesia pada tahun 2001. Setelah proses akuisisi, nama dan performa Kecap Bango semakin kencang dan dikenal hingga luar Jabotabek. Langkah awal setelah akuisisi, Unilever mengubah tampilan merek, logo, dan kemasan Bango. Dulu mereknya ”Kecap Bango”, pada 1 Februari 2008, mereknya resmi menjadi ”Bango”. Saat ini, Kecap Bango sangat mudah ditemukan di pasaran. Pasalnya, brand ini sudah diakuisisi oleh Unilever yang merajai pasar consumer goods di tanah air.
2. Permen Davos
Permen Davos, permen mint pertama dan tertua di Indonesia, diproduksi oleh PT. Slamet Langgeng sejak tahun 1931. Didirikan oleh Siem Kie Djian, perusahaan ini masih beroperasi di Jalan Ahmad Yani 67, Purbalingga, Jawa Tengah. Dengan komitmen sebagai perusahaan padat karya, PT. Slamet Langgeng telah memberikan pekerjaan kepada masyarakat sejak berdiri. Merek Davos terinspirasi oleh kota Davos di Swiss, yang sejuknya sejalan dengan sensasi sejuk dan semriwing yang ditawarkan oleh permen Davos. Meskipun mengalami penurunan kinerja selama pendudukan Jepang, Davos kembali bangkit setelah Indonesia merdeka. Sampai saat ini, Davos terus memproduksi dua varian andalan, Davos rol yang lebih pedas untuk orang dewasa dan Davos Lux dengan rasa yang lebih disukai oleh kalangan muda, remaja, dan anak-anak.
Permen Davos, produk lokal asal Purbalingga, Jawa Tengah yang telah ada sejak 1931.(purbalinggakab.go.id)
Dan kini, sejak tahun 1985, PT. Langgeng Slamet dipimpin oleh Budi Handojo Hardi yang merupakan generasi ketiga dari sang pendiri. Yang menarik, sebagian besar karyawan yang bekerja juga merupakan keturunan karyawan PT. Langgeng sejak pertama berdiri. Sejak awal berdiri, perusahaan memang berkomitmen sebagai perusahaan padat karya untuk menampung masyarakat agar mendapat pekerjaan, khususnya karyawan yang sudah turun temurun.
Nama PT. Slamet Langgeng terdiri dari dua kata. Yang pertama adalah "Slamet", yang diambil dari nama sebuah gunung di Purbalingga, kota di mana PT. Slamet Langgeng berdiri. Dan kata selanjutnya adalah "Langgeng" yang berarti abadi, menyampaikan sebuah harapan bahwa perusahaan ini akan bertahan selamanya.
Merek Davos terinspirasi dari nama kota "Davos", sebuah kota pegunungan yang berhawa sejuk di negara Swiss. Ini dianggap selaras dengan permen Davos yang bisa memberikan sensasi sejuk dan semriwing. Memang rasanya seperti di pegunungan Swiss, dingin menusuk hidung. Davos masa sebelum Indonesia merdeka pernah berjaya pada tahun 1933-1937. Saat itu penjualan permen Davos hingga mencapai seluruh Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada awal pemasaran, Davos bahkan hanya mengandalkan gerobak sapi. Berbeda dengan sekarang yang menggunakan mobil boks.
Kinerja perusahaan sempat turun drastis sejak kedatangan imperialis Jepang tahun 1942-1945. Namun setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Davos bangkit lagi. Hingga tahun 2005, terdapat dua produksi andalan. Pertama, Davos rol dengan bungkus biru dengan rasa lebih pedas dan semriwing, sehingga cocok untuk orang dewasa. Kedua, Davos Lux dalam bungkus kotak warna hijau dengan rasa yang tidak terlalu pedas lebih disukai oleh kalangan muda, remaja, dan anak-anak. Bahan yang digunakan adalah 98 persen gula dan sisanya mentol dan zat pengikat. Sedangkan racikan permenya adalah rahasia keluarga turun temurun yang hanya diketahui oleh keluarga. Untuk menyiasati pasar yang terus berkembang dan persaingan yang semakin ketat, Davos juga membuat permen mint dengan berbagai kemasan, seperti kemasan sachet. Satu sachet berisi satu butir.
3. Permen Ting Ting Jahe
Merek kembang gula yang menghadirkan nuansa lawas dan penuh kenangan, terus mempertahankan popularitasnya di tengah pasar yang kini penuh dengan berbagai merek permen jahe. Didirikan pada tahun 1935 oleh Njoo Tjhay Kwee, permen ini masih diproduksi oleh PT Sindu Amrita (Sin A) di Pasuruan, Jawa Timur.
Sumber gambar : Istimewa
Meskipun mengalami persaingan yang ketat, permen Ting Ting Jahe berhasil menyita perhatian sebagai salah satu merek permen jahe terbaik tahun 2023 berdasarkan ulasan pembeli dan popularitasnya di marketplace Shopee. Dalam masa pandemi COVID-19, permintaan akan permen jahe meningkat karena dipercaya memiliki khasiat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Menariknya, permen Ting Ting Jahe masih menggunakan kemasan klasik dengan dua lapis kertas yang dilipat dengan tangan oleh pekerja pabrik, tetap mempertahankan nuansa nostalgia bagi para penggemarnya.
4. Siroop Tjap Buah Tjampolay
Merek minuman sirup tradisional khas Kota Cirebon, Jawa Barat, terus bertahan sejak tahun 1936 dan menjadi salah satu produk sirup tertua yang masih eksis hingga saat ini. Meskipun sulit ditemukan di supermarket, sirup ini tetap diminati karena cita rasanya yang unik dan beragam varian rasanya yang disukai oleh masyarakat. Dibuat dari buah campolay atau sawo Belanda yang diolah secara tradisional, Siroop Tjap Buah Tjampolay telah menjadi merek sirup premium yang menjadi buruan para wisatawan yang berkunjung ke Cirebon. Produk ini juga telah meraih penghargaan dan dianggap sebagai pilihan utama oleh-oleh dari banyak industri kecil di daerah tersebut Sirup ini awalnya dibuat dari buah campolay atau sawo Belanda yang didatangkan dari Ciamis, Jawa Barat, dan diolah secara tradisional khas Cirebon. Tan Tjek Tjiu, peracik sirup ini, pertama kali membuatnya pada 11 Juli 1936. Konon, ide pembuatan sirup ini muncul dari mimpi Tan Tjek Tjiu yang sedang menikmati sirup dengan rasa buah campolay (sawo Belanda). Dari situlah ia berusaha menciptakan minuman dengan cita rasa legit masam yang unik. Setelah sirup jadi, Tan Tjek Tjiu mulai memperkenalkannya kepada masyarakat sekitar dan kerabatnya, yang ternyata menyukai minuman tersebut. Pada tahun 1936, ia berhasil menjual sirup Tjampolay ke daerah-daerah di sekitar Kota Cirebon.
Sumber gambar : Jernih.co
Sirup racikan Tan ini juga menarik perhatian orang Belanda di Cirebon dan sekitar Jawa Barat yang sebelumnya sudah menyukai buah campolay. Rasanya yang manis legit dan memiliki aroma khas membuat orang Belanda di Cirebon selalu menyukai minuman ini. Meskipun sempat mengalami dua kali masa hilang saat Tan meninggal dunia pada tahun 1964 dan kalah bersaing dengan sirup-sirup lain yang lebih murah, kini Siroop Tjap Buah Tjampolay dianggap sebagai merek sirup premium dengan rasa yang unik. Terdapat 9 varian rasa baru yang disukai oleh masyarakat luas, seperti rossen, asam jeruk, nanas, pisang susu, melon, leci, mangga gedong, jeruk nipis, dan kopi moka. Siroop Tjap Buah Tjampolay juga menjadi buruan wisatawan yang berkunjung ke Kota Udang ini. Produk ini beberapa kali memenangkan penghargaan dan dianggap sebagai pilihan utama oleh-oleh dari sekitar 1.523 industri kecil yang tersebar di Cirebon. (dhe)
(Sumber: Disarikan dari berbagai sumber terpercaya)
Editor : Redaksi