KilasBisnis.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Selasa (2/1/2024) di Jakarta mengumumkan angka inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) Desember 2023 sebesar 2,61 persen secara year on year (YoY). Secara bulanan atau month to month (MtM), BPS mencatat inflasi sebesar 0,41 persen, dan tingkat inflasi year to date (YTD) sebesar 2,61 persen. Inflasi (YoY) ini merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir, dengan mengesampingkan periode pandemi Covid-19 tahun 2020-2021. Hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, pada rilis Berita Resmi Statistik (BRS) Selasa (2/1/2024).
"Tingkat inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) Desember 2023 sebesar 2,61 persen secara year on year (YoY). Di luar periode terdampak pandemi Covid-19, yakni 2020-2021, inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir," ungkap Amalia dalam rilis BRS di Jakarta pada Selasa (2/1/2024), yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BPS.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi (YoY) Desember 2023 terbesar didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,18 persen, diikuti oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,55 persen, kelompok penyediaan makanan, dan minuman/restoran sebesar 2,07 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,97 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,94 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,69 persen.
Lebih lanjut, berdasarkan komponen penyusun inflasi, Amalia menegaskan inflasi tahunan pada 2023 sebesar 2,61% ini didorong oleh inflasi6 seluruh komponen. Komponen inflasi inti (Core Inflation) tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80�ngan andil sebesar 1,1%.
"Komoditas yang dominan dari komponen inflasi inti antara lain emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir, dan upah ART," kata Amalia.
Kemudian, BPS juga mencatat komponen harga diatur pemerintah (Administered Price) mengalami inflasi 1,72% yang memberikan andil sebesar 0,32%. Komoditas yang dominan selama setahun terakhir adalah harga rokok kretek filter, tarif angkutan udara, dan rokok putih.
Lebih lanjut, komponen harga bergejolak (Volatile Food) mengalami inflasi sebesar 6,73 persen dengan andil terbesar terhadap inflasi tahunan, yakni sebesar 1,15 persen. Inflasi di komponen ini dipicu oleh beras, cabai merah, bawang putih, dan daging ayam ras.
Editor : Redaksi