Kilasbisnis.com, Surabaya — Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyalurkan berbagai bentuk bantuan bagi mahasiswa yang keluarganya terdampak bencana di wilayah Sumatra. Selain dukungan finansial, kampus juga memberikan pendampingan psikologis melalui kegiatan trauma healing untuk membantu mahasiswa memulihkan kondisi emosional mereka.
Wakil Rektor IV UNESA, Prof. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes., mengatakan bantuan yang diberikan meliputi beasiswa penuh, dukungan biaya hidup (living cost), dan layanan konseling berkelanjutan. Program ini menjadi bagian dari aksi solidaritas kampus terhadap mahasiswa yang terdampak langsung maupun tidak langsung oleh bencana.
(kiri-kanan) Direktur PPIS Unesa , Prof. Dr. Mutimmatul Faidah, S.Ag., M.Ag. bersama WR 4 Unesa, Prof. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes. dalam doa bersama untuk peduli bencana Sumatra, Senin (8/12) di Unesa.
“Kami ingin memastikan mereka tidak hanya mendapat dukungan mental, tetapi juga jaminan agar tetap bisa melanjutkan studi tanpa beban berlebih,” kata Dwi Cahyo di Surabaya, Senin (8/12).
Ia menambahkan, UNESA juga mencatat sejumlah dosen yang terdampak bencana di Sumatra. Karena itu, kampus berencana memperluas program pendampingan dan bantuan kepada seluruh sivitas akademika yang membutuhkan.
“Kami ingin seluruh keluarga besar UNESA merasa mendapat dukungan penuh dari kampus, baik secara psikologis maupun material,” ujarnya.
Trauma Healing untuk Pulihkan Kondisi Mahasiswa
Selain bantuan finansial, UNESA melalui Pusat Pengembangan Islam dan Sosial (PPIS) menggelar kegiatan trauma healing dan pendampingan psikologis bagi mahasiswa terdampak.
Direktur PPIS UNESA, Prof. Dr. Mutimmatul Faidah, S.Ag., M.Ag., menjelaskan bahwa sebagian mahasiswa masih belum bisa berkomunikasi dengan keluarganya karena jaringan di daerah asal mereka terputus. Kondisi tersebut membuat banyak dari mereka mengalami kecemasan dan kehilangan fokus belajar.
“Setelah acara ini, kami langsung melaksanakan trauma healing dan pendampingan psikologis secara berkelompok agar mereka memiliki kekuatan. Sebagian dari mereka belum terhubung dengan keluarganya, bahkan belum tahu bagaimana kabar orang tua mereka,” ujar Mutimmatul.
Ia menambahkan, tim psikologi UNESA bersama PPIS memberikan layanan psikoedukasi, psikososial, konseling, dan penguatan spiritual. Pendekatan ini diharapkan membantu mahasiswa mengelola stres dan memulihkan semangat belajar mereka.
“Kondisi mereka cukup rapuh. Karena itu, kami hadir untuk memberikan penguatan dari berbagai sisi, termasuk spiritual, agar mereka tidak merasa sendirian,” katanya.
Mahasiswa Ceritakan Kondisi Keluarga di Daerah Terdampak
Salah satu mahasiswa UNESA, Medina Azzahra dari Jurusan Sastra Indonesia, menceritakan kondisi keluarganya di daerah asal yang masih belum pulih. Ia menyebut rumah keluarganya rusak parah, sementara warga setempat terpaksa mencari tempat pengungsian sendiri karena belum ada pos resmi.
Medina Azzahra dari Jurusan Sastra Indonesia Unesa
“Kondisi rumah sudah berantakan. Di sana tidak ada pengungsian resmi, jadi masyarakat mencari tempat pengungsian sendiri. Bantuan mulai masuk, tapi situasinya masih sulit,” ujar Medina.
Komitmen UNESA untuk Pemulihan Jangka Panjang
UNESA menegaskan bahwa kegiatan trauma healing ini tidak berhenti pada satu kali pertemuan. Program akan berlanjut dalam bentuk pendampingan jangka panjang, termasuk sesi konseling individu dan kelompok.
“Kami ingin memastikan mahasiswa bisa pulih secara emosional dan tetap memiliki semangat belajar. Ini bagian dari tanggung jawab moral kampus terhadap mereka,” tutur Prof. Mutimmatul.
Menurut data PPIS, terdapat 453 mahasiswa UNESA yang keluarganya menjadi korban bencana di Sumatera. Dari jumlah tersebut, sebagian besar masih membutuhkan dukungan psikologis dan finansial.
Editor : Redaksi