Deflasi Tiongkok Membawa Kekhawatiran Baru, Krisis Utang China

kilasbisnis.com
Foto: MNC Media

Kilasbisnis.com, Surabaya – Perekonomian Tiongkok telah tergelincir ke dalam deflasi karena harga konsumen turun pada bulan Juli untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Indeks harga konsumen resmi, ukuran inflasi, turun 0,3% bulan lalu dari tahun sebelumnya. Analis mengatakan ini meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk menghidupkan kembali permintaan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ini mengikuti data impor dan ekspor yang lemah, yang menimbulkan pertanyaan tentang kecepatan pemulihan pascapandemi RRC.

Negara ini juga menghadapi utang pemerintah daerah yang membengkak dan tantangan di pasar perumahan. Pengangguran kaum muda, yang mencapai rekor tertinggi, juga diawasi dengan ketat karena rekor 11,58 juta lulusan universitas diharapkan memasuki pasar kerja Tiongkok tahun ini.

Penurunan harga mempersulit Tiongkok untuk menurunkan utangnya dan semua tantangan yang berasal dari itu, seperti tingkat pertumbuhan yang lebih lambat, menurut beberapa analis. Deflasi yang terjadi di Tiongkok dapat menjadi sumber masalah baru bagi ekonomi global, mengapa? Tiongkok memproduksi sebagian besar barang yang dijual di seluruh dunia. Dampak positif potensial dari periode deflasi yang berkepanjangan di negara tersebut mungkin membantu mengekang kenaikan harga di bagian lain dunia, termasuk Inggris.

Namun, jika barang-barang Tiongkok dengan potongan harga membanjiri pasar global, hal itu dapat berdampak negatif pada produsen di negara lain. Hal ini bisa memukul investasi oleh bisnis dan memeras lapangan kerja. Periode jatuhnya harga di Tiongkok juga bisa memukul keuntungan perusahaan dan belanja konsumen.

Penulis : Ronald Marco, Praktisi Pasar Modal

Hal ini kemudian dapat menyebabkan pengangguran yang lebih tinggi. Ini dapat mengakibatkan penurunan permintaan dari negara pasar terbesar di dunia untuk energi, bahan mentah, dan makanan, yang akan memukul ekspor global. Pada hari Selasa (08/8), angka resmi menunjukkan bahwa ekspor Tiongkok turun 14,5% pada Juli dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara impor turun 12,4%. Data perdagangan yang suram memperkuat kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi negara itu dapat melambat lebih lanjut tahun ini.

Tiongkok juga menghadapi krisis pasar properti yang sedang berlangsung setelah pengembang real estat terbesarnya, Evergrande, hampir bangkrut. Pemerintah Tiongkok telah mengirimkan pesan bahwa semuanya terkendali, tetapi sejauh ini menghindari langkah-langkah besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Langkah-langkah pemangku kebijakan ekonomi di Tiongkok perlu dilakukan agar dapat memulihkan kepercayaan terutama pada sektor swasta agar setiap rumah tangga kembali membelanjakan uangnya dibanding menabung, membangun kepercayaan di antara investor dan konsumen akan menjadi kunci pemulihan Tiongkok, termasuk langkah stimulus yang signifikan dan pemotongan pajak.

Dampak dari Deflasi Tiongkok mulai terasa di bursa saham global terutama regional Asia pada perdagangan terakhir minggu lalu mayoritas bursa Asia terpukul mundur terutama bursa domestik Tiongkok yaitu Shanghai SSEC yang turun tajam -2.01% disusul Hangseng -0.9%, tidak ada satupun bursa regional Asia yang tutup di zona hijau termasuk IHSG sendiri yang terkoreksi -0.19% turun 13.3 poin di level 6879.98.

Sektor teknologi menjadi pemberat utama dengan penurunan -0.83% disusul sektor kesehatan -0.78�n beberapa sektor lainnya turun beragam. Koreksi IHSG pada perdagangan Jumat kemarin tertolong oleh penguatan sektor Industri dasar naik 1.07%, sektor consumer menguat 0.7% meski tidak dapat mendorong Composites tutup di zona hijau. Bagaimana prospek IHSG pekan depan? Secara teknikal, IHSG masih menguat dalam time frame mingguan dengan penguatan +0.4% menguat tipis 27.9 poin.

Secara teknikal harian, hari ini IHSG berpeluang melemah terbatas seiring minimnya sentimen dan mengekor pelemahan bursa regional pekan lalu. Resistance kuat IHSG masih terbaca di level 6920 dengan support terkuat 6850. Di tengah potensi koreksi pasar, tentunya masih ada saham-saham yang dapat menguat melawan arus. Berikut saham-saham unggulan yang memiliki peluang menguat pada perdagangan bursa Senin (14/08) berdasarkan analisa dan riset Marcomology Team:

1. Bank BTPN Syariah (BTPS)

Rekomendasi beli BTPS: 2160 TP1: 2240 TP2: 2280 SL: 2110

2. Budi Starch Sweetener Tbk (BUDI)

Rekomendasi beli BUDI: 252-254 TP1: 266 TP2: 278 SL: 238

3. Colorpak Indonesia Tbk (CLPI)

Rekomendasi beli CLPI: 990 TP1: 1035 TP2: 1075 SL: 970

4. Central Omega Resources Tbk (DKFT)

Rekomendasi beli DKFT: 107-108 TP1: 115 TP2: 124 SL: 99

5. Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI)

Rekomendasi beli KKGI: 490 TP1: 520 TP2: 545 SL: 474

Disclaimer: Ulasan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. kilasbisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Editor : Redaksi

Ekonomi
Berita Populer
Berita Terbaru