Kilasbisnis.com, Surabaya — PMI Manufaktur Caixin Tiongkok turun menjadi 50,6 pada September 2023 dari level tertinggi enam bulan di bulan Agustus sebesar 51,0 dan di bawah konsensus pasar sebesar 51,2. Tercatat masih cukup baik dibandingkan kondisi pada bulan Juli 2023 di tengah beberapa upaya Beijing untuk menghidupkan kembali pemulihan pascapandemi yang melemah. Output meningkat paling besar dalam empat bulan ditengah peningkatan kecil dalam bisnis baru, dengan penurunan pesanan ekspor pada laju marjinal yang merupakan penurunan terendah dalam tiga bulan. Penurunan lapangan kerja terkait dengan inisiatif pemotongan biaya dan keputusan untuk tidak menggantikan pekerja yang mengundurkan diri secara sukarela, sementara akumulasi simpanan tidak banyak berubah dari bulan Agustus dan hanya bersifat marginal. Sementara itu, aktivitas pembelian meningkat di tengah perbaikan rantai pasokan. Dari segi harga, inflasi biaya input meningkat pada laju tercepat sejak bulan Januari karena kenaikan harga bahan mentah.
Akibatnya, harga output naik untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan dan merupakan kenaikan terbesar sejak Maret 2022. Data berikutnya yang dirilis pada Senin (01/10) menunjukkan PMI Jasa Umum Caixin Tiongkok turun menjadi 50,2 pada bulan September 2023 dari 51,8 pada bulan sebelumnya, menunjukkan kenaikan aktivitas jasa yang paling rendah sejak awal tahun ini, karena aktivitas bisnis dan pesanan baru tumbuh paling kecil pada tahun 2023 hingga saat ini, karena permintaan tetap lemah meskipun ada serangkaian langkah dukungan. Di sisi harga, inflasi biaya input melambat ke level terendah dalam sembilan bulan sementara inflasi biaya meningkat ke level tertinggi dalam tiga bulan, karena sebagian perusahaan membebankan beban biaya yang lebih tinggi kepada klien.
Penulis : Ronald Marco, Praktisi Pasar Modal
Terakhir, sentimen bisnis melemah ke level terendah dalam sepuluh bulan di tengah kekhawatiran terhadap kondisi pasar dan dampaknya terhadap penjualan. Data terakhir yang dirilis adalah PMI Komposit Caixin Tiongkok yang turun menjadi 50,9 pada September 2023 dari 51,7 pada Agustus. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan aktivitas sektor swasta selama sembilan bulan berturut-turut, namun lajunya paling lambat sejak bulan Januari, karena pesanan baru naik dengan laju yang lebih lambat karena produsen dan penyedia jasa hanya mencatat peningkatan kecil dalam penjualan. Sementara itu, lapangan kerja secara umum tidak berubah, di tengah kembali adanya pemutusan hubungan kerja di produsen barang yang sebagian besar diimbangi oleh sedikit peningkatan jumlah pegawai di sektor jasa. Terkait inflasi, harga bahan baku naik paling tinggi dalam enam bulan sementara kenaikan baru pada harga di tingkat pabrik dan kenaikan yang sedikit lebih kuat pada biaya sektor jasa menyebabkan pertumbuhan harga jual tercepat dalam 1-1/2 tahun.
Berdasarkan ketiga data di atas, mengindikasikan bahwa ekonomi Tiongkok masih belum pulih sepenuhnya meski berbagai kebijakan diluncurkan oleh pelaku kebijakan. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi AS yang melaju lebih cepat dengan potensi kenaikan inflasi yang menyebabkan The Fed berusaha meredamnya dengan kebijakan suku bunga ketat. Sentimen global pastinya langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi ekonomi domestik Indonesia yang tercatat masih cukup baik dalam sisi inflasi maupun pertumbuhan. Sepanjang tahun ini, kondisi ekonomi global sangat minim mempengaruhi ekonomi dalam negeri, meskipun Bank Indonesia terus mengawasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah sepanjang tahun ini.
IHSG sendiri masih bergerak sideways dan konsolidatif meski akhirnya belum mampu bertahan di level psikologis 7000 dan dibayangi tekanan jual Desember 2022 sebagai resistance terkuat selama ini. Perdagangan Jumat (30/09) menunjukkan penguatan tipis IHSG pada level 6939,89 atau naik 2,06 poin, menunjukkan investor masih ragu-ragu melihat perkembangan terkini dan masih menantikan katalis positif untuk melakukan aksi beli. Tekanan jual pada perdagangan Selasa (26/09) terlihat sebagai resistensi pergerakan harian.
Secara mingguan, IHSG terlihat lemah dengan volume jual minggu lalu yang lebih besar dibandingkan minggu sebelumnya dan pola teknikal mingguan candle black marubozu menutup hampir sebagian besar pergerakan minggu ketiga September yang positif. Seiring rilis data China yang lebih cepat dari pembukaan pasar bulan Oktober ini, market cenderung masih akan terkoreksi hari ini dengan sedikit sentimen positif baik dari luar maupun dalam negeri, juga diikuti koreksi harga minyak dunia dan batubara yang dapat menekan pergerakan pasar, terutama sektor energi. Sektor konsumer non-cyclical berpeluang untuk menguat didukung sentimen kenaikan harga-harga komoditas pangan dan sektor transportasi dan logistik juga memiliki peluang penguatan terutama merespon sentimen tahun politik.
Editor : Redaksi