MENU Minggu, 03 Agu 2025 14:49 WIB
x kilasbisnis.com skyscraper
x kilasbisnis.com skyscraper

Dolar AS Masih Menjadi Primadona, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 5,75%

Kilasbisnis.com, Surabaya— Imbal Hasil Treasury AS (US Treasury Notes) Terus Meroket pada Hari Kamis (21/09), Mencapai Level Tertinggi dalam Beberapa Tahun, karena Investor Mencerna Keputusan Suku Bunga Federal Reserve dan Panduan ke Depan serta Data Pengangguran Baru.  Imbal Hasil Treasury 10-Tahun Naik Sekitar 13 Basis Poin Menjadi 4,482%, Mencapai Level Tertinggi Baru sejak Tahun 2007 di Sesi Tersebut.

Treasury 2-Tahun Lebih Tinggi 8 Basis Poin Menjadi 5,197%, Berada di Sekitar Level yang Terakhir Dicapai pada Tahun 2006. Imbal Hasil Obligasi 5 Tahun dan Obligasi 30 Tahun Juga Masing-Masing Menyentuh Level Tertinggi sejak 2007 dan 2011.

The Fed Mengumumkan Keputusannya untuk Mempertahankan Suku Bunga Tidak Berubah pada Pertemuan Bulan September yang Berakhir pada Hari Rabu (20/09), Sesuai dengan Ekspektasi Investor. Namun, Para Pengambil Kebijakan Juga Memprediksi Bahwa Mereka Memprediksi Akan Terjadi Satu Kali Kenaikan Suku Bunga Lagi pada Tahun Ini dan Suku Bunga Akan Tetap Lebih Tinggi dalam Waktu yang Lebih Lama, dengan Perkiraan Hanya Dua Kali Penurunan Suku Bunga pada Tahun 2024.

Pada Bulan Juni, The Fed Mengatakan Pihaknya Mengantisipasi Empat Kali Penurunan Suku Bunga pada Tahun Depan. Dalam Konferensi Pers setelah Pengumuman Tersebut, Ketua Fed Jerome Powell Mengatakan Bank Sentral Berada dalam Posisi di Mana Mereka Dapat "Melanjutkan Kebijakan Moneternya dengan Hati-Hati".  Namun, Para Pengambil Kebijakan Ingin Melihat Lebih Banyak Kemajuan dalam Upaya Melawan Inflasi, Meskipun Tekanannya Sudah Agak Berkurang, Kata Powell.

The Fed Juga Merilis Proyeksi Beberapa Indikator Ekonomi Utama pada Hari Rabu dengan Memprediksi Produk Domestik Bruto Akan Meningkat sebesar 2,1% Tahun Ini, Jauh Lebih Tinggi dari Perkiraan Sebelumnya.

Dampak dari Kenaikan Imbal Hasil Surat Utang AS (US Treasury Notes) Meningkatkan Minat Investor untuk Memburu "Greenback" dan Berdampak Pelemahan Mayoritas Mata Uang Dunia terhadap Dolar AS.

Rupiah pada Perdagangan Kamis Juga Tercatat Mengalami Depresiasi di Level Rp 15.403,75 versus Dolar AS, Tekanan Ini Perlu Terus Diwaspadai oleh Pemangku Kebijakan terutama BI untuk Mengantisipasi Lonjakan Lebih Lanjut agar Tidak Berdampak Signifikan terutama pada Surat Utang Luar Negeri yang Berdenominasi Dolar dan Khususnya Korporasi.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada September 2023 (sampai dengan 20 September 2023) secara point-to-point melemah sebesar 0,98% dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023.

Bank Indonesia memperkirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik. Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023, dan melanjutkan penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI).

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 diperkirakan tetap sebesar 2,7�ngan kecenderungan ekonomi Tiongkok yang melambat dan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang semakin kuat. Perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh pelemahan permintaan domestik karena keyakinan konsumen, utang rumah tangga, dan permasalahan sektor properti, di tengah penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global. Sementara itu, kekuatan ekonomi AS didukung oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan upah dan pemanfaatan ekses tabungan.

Namun, inflasi di negara maju masih tetap tinggi karena berlanjutnya tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak. Hal ini menyebabkan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, terutama Federal Funds Rate (FFR) AS, tetap tinggi dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Dampaknya, aliran modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin meningkat, sehingga diperlukan respons kebijakan yang kuat untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi global tersebut, termasuk di Indonesia.

Penulis : Ronald Marco, Praktisi Pasar Modal

Sejalan dengan melemahnya rupiah dan risalah yang dirilis BI, IHSG pada perdagangan kemarin (Kamis, 21/09) turut mengalami pelemahan sebesar 20,21 poin (-0,29%) dan ditutup di level 6.991,47, kembali meninggalkan level psikologis 7.000. Indeks sektor teknologi dan energi menjadi penyumbang utama pelemahan IHSG, diikuti oleh sektor keuangan, properti, dan industri dasar. Meskipun terjadi kenaikan pada indeks sektor kesehatan, konsumer, dan transportasi, namun tidak mampu menahan tekanan jual yang membuat IHSG tetap berada dalam zona merah. Secara teknikal, IHSG terpantau masih cukup kuat dengan penutupan pasar yang berada di atas harga terendah sesi sebelumnya dan volume penjualan yang lebih rendah dibandingkan dengan hari sebelumnya. Namun, masih perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya koreksi lanjutan jika pasar regional, terutama pasar Eropa dan AS, mengalami pelemahan dalam merespons data pengangguran AS yang menurun dan mengindikasikan pemulihan sektor tenaga kerja AS yang lebih cepat, sehingga membuat investor khawatir bahwa The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi dengan alasan kenaikan inflasi.

Berikut adalah rekomendasi saham-saham yang memiliki potensi menguat hari ini berdasarkan analisis dari Tim Riset Marcomology:

1. Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE)

Rekomendasi beli BIKE: 374 TP1: 404 TP2: 430 SL: 364

2. Wahana Otomitra Multifinance Tbk (WOMF)

Rekomendasi beli WOMF: 364 TP1: 388 TP2: 414 SL: 348

3. MPX Logistic International (MPXL)

Rekomendasi beli MPXL: 189 TP1: 196 TP2: 220 SL: 172

Berita Terbaru
Rabu, 30 Jul 2025 14:08 WIB

Ketum SP IMPPI di L20 Summit 2025: Pekerja Tak Boleh Ditinggalkan di Era AI

Kilasbisnis.com - Hari terakhir pelaksanaan L20 Summit 2025 di Johannesburg, Afrika Selatan, diwarnai dengan seruan tegas dari Ketua Umum Serikat Pekerja
Senin, 28 Jul 2025 15:14 WIB

PT BSI Gandeng FPIK UB, Perkuat Kolaborasi untuk Pengembangan Kawasan Pesisir Berkelanjutan

Kilasbisnis.com,Malang - PT Bumi Suksesindo (PT BSI), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (IDX: MDKA), resmi menjalin kolaborasi strategis dengan Fakultas
Jumat, 25 Jul 2025 15:17 WIB

Pandora Box Nightmare Festival 2025: Surabaya, Ketika Horor Jadi Ruang Kreatif

Antrean makin panjang, detak jantung makin kencang. Siap-siap melangkah ke RSUD Astamayarumah sakit astral, tempat keberanian diuji dan cerita baru dimulai.
Jumat, 25 Jul 2025 14:45 WIB

Polda Jatim Gandeng Pegiat Media Sosial Perkuat Budaya Digital Positif

Kilasbisnis.com, Kota Batu - Dalam rangka mempererat tali Silaturahmi Polda Jawa Timur dengan para perwakilan pegiat Media Sosial, Bidang Humas Polda Jatim
Jumat, 25 Jul 2025 05:02 WIB

Satgas Pangan Polri Sita 201 Ton Beras yang Tidak Sesuai Standar Mutu dan Takaran

Kilasbisnis.com,Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri menyita sebanyak 201 ton beras dari sejumlah merek karena
Jumat, 25 Jul 2025 04:20 WIB

The Indonesia Pro-Am 2025 Siap Digelar, Bawa Semangat Baru bagi Golf Indonesia

Kilasbisnis.com, Jakarta September tahun depan, Gunung Geulis Country Club di Bogor akan kembali jadi saksi. Saksi betapa golf Indonesia tak pernah kehilangan