Kilasbisnis.com, Surabaya — Pada perdagangan saham Selasa (26/09), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 74,581 poin atau 1,066% menjadi 6.923,8. Dalam perdagangan tersebut, terdapat 175 saham yang mengalami kenaikan harga, sementara 541 saham mengalami penurunan harga, dan 259 saham tidak mengalami perubahan harga. Total nilai transaksi pada hari tersebut mencapai Rp11,9 triliun. Saham-saham yang paling aktif diperdagangkan adalah DOOH dengan frekuensi perdagangan sebanyak 37.886 kali senilai Rp72,2 miliar, diikuti oleh BBRI dengan frekuensi perdagangan sebanyak 36.993 kali senilai Rp941,6 miliar, dan PGEO dengan frekuensi perdagangan sebanyak 35.871 kali senilai Rp351,5 miliar.
Mayoritas sektor dalam konstituen bursa mengalami penurunan nilai, kecuali sektor teknologi dan konsumer non siklikal. Pembukaan bursa karbon oleh Presiden Jokowi tampaknya memberikan tekanan jual pada sektor energi, terutama emiten batubara yang mengalami penurunan signifikan dan menjadi penyumbang terbesar penurunan pasar dengan penurunan sebesar -2,79%. Sektor industri dasar juga mengalami penurunan sebesar -2,83%, diikuti oleh sektor-sektor lainnya.
Penulis : Ronald Marco, Praktisi Pasar Modal
Beberapa sentimen yang diduga menjadi faktor utama pelemahan indeks berdasarkan analisis dan situasi terkini masih dikoreksi oleh pelaku pasar yang sumbernya berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terutama terlihat dengan penurunan tajam sektor energi, terutama emiten batubara, yang terkena dampak pemberlakuan bursa karbon. Beberapa emiten batubara besar di bursa, seperti ADRO (-6.10%), ADMR (-8.36%), ITMG (-2%), PTBA (-1.4%), UNTR (-1.77%), HRUM (-4.67%), mengalami penurunan. Sektor industri dasar juga terkena dampak pemberlakuan bursa karbon, seperti emiten berbasis semen SMGR yang mengalami penurunan tajam dalam 3 hari terakhir dan INTP (-2.2%). Faktor internal lainnya yang beberapa pelaku pasar perkirakan adalah situasi politik jelang Pemilu 2024 yang semakin memanas. Hal ini menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk cenderung menunggu sambil melakukan aksi profit taking.
Di sisi lain, faktor eksternal juga diyakini menjadi alasan yang masuk akal dengan pelemahan tajam indeks regional dan Asia Pasifik pada hari Selasa kemarin. Bursa Hong Kong Hang Seng turun -1.48%, Jepang Nikkei -1.11%, Korea Kospi -1.3%, dan Shanghai SSEC melemah -0.4%. Pelemahan ini didukung oleh koreksi pada bursa AS dan Eropa pada perdagangan Senin (24/09), yang juga menjadi "perfect storm" bagi seluruh bursa dunia. Isu potensi shutdown di AS juga menjadi katalis negatif bagi bursa global, di mana pemerintah federal AS sedang menuju ke arah penutupan pemerintahan yang akan mengganggu banyak layanan, menekan pekerja, dan mengacaukan politik. Meskipun beberapa lembaga pemerintah akan dikecualikan, fungsi-fungsi lainnya akan sangat dibatasi. Badan-badan federal akan menghentikan semua tindakan yang dianggap tidak penting, dan jutaan pegawai federal tidak akan menerima gaji. Tanggal 1 Oktober menjadi tanggal penting di mana shutdown akan diberlakukan apabila senat tidak menyetujui penambahan anggaran. Selain itu, kondisi ekonomi China yang melambat juga masih menjadi kekhawatiran para investor, diikuti oleh potensi suku bunga tinggi di AS dan Eropa yang diproyeksikan akan bertahan lebih lama dari perkiraan. Semua sentimen negatif ini turut berkontribusi dalam pelemahan di bursa.
Dengan minimnya sentimen baik internal maupun eksternal di bursa, diperkirakan komposit masih akan melanjutkan koreksi. Belum adanya tanda-tanda rebound di bursa AS dan Eropa pada perdagangan Selasa malam juga menjadi pertimbangan. Secara teknikal, IHSG kembali masuk ke zona minor downtrend dengan RSI yang bergerak kembali di bawah level 50 dan bergerak mundur dari area strong uptrend mingguan dengan RSI turun di bawah zona 70. IHSG berpotensi menguji level support 6895-6900 dan level 6860 sebagai support awal penguatan selama 5 minggu terakhir. Tim riset Marcomology menyarankan investor untuk lebih berhati-hati dengan melakukan aksi buy weakness terutama pada emiten-emiten yang masih memiliki prospek jangka panjang yang akan kembali menguat.
Editor : admin