Kilasbisnis.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menargetkan penambahan energi akan ditopang dari energi baru terbarukan (EBT) 75�n 25�ri sektor gas hingga tahun 2040. Sejauh ini, perseroan sepanjang tahun 2023 telah mengembangkan pembangkit EBT sebesar 8.786 Megawatt (MW). Jumlah tersebut terdiri dari pembangkit berbasis hidro (PLTA/PLTMH) sebesar 5.777 MW, pembangkit berbasis panas bumi (PLTP) sebesar 2.519 MW, dan sisanya berasal dari surya (PLTS), angin (PLTB) dan biomassa.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN sebagai perusahaan yang memegang leadership transisi energi di Indonesia berkomitmen penuh mendukung langkah Pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi di tanah air.
Terbaru, PLN bersama Pemerintah secara kontinyu berupaya meningkatkan bauran energi bersih melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL). Targetnya, hingga tahun 2040 kapasitas energi di Indonesia akan ditopang oleh EBT sebesar 75�n gas sebesar 25%.
”Jadi, mulai hari ini hingga tahun 2040, penambahan kapasitas sebesar 21 Gigawatt (GW) berasal dari pembangkit listrik tenaga gas, 28 GW dari tenaga surya dan angin, 31 GW dari tenaga air dan panas bumi, 2,4 GW dari energi baru lainnya,” tutur Darmawan pada siaran pers, Jumat (12/07/2024).
Guna mencapai target ambisius tersebut, PLN kata Darmawan telah meluncurkan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED). Lewat skenario ini, PLN akan membangun Green-Enabling Transmission Line untuk mengakomodasi persebaran sumber EBT di pelosok Indonesia menuju pusat demand di perkotaan.
Namun demikian Darmawan mengungkapkan, langkah transisi energi menyimpan tantangan yang sangat besar dari beberapa sisi. Untuk itu PLN tidak akan mampu menjalankannya dalam suasana kesendirian dan sangat butuh kolaborasi komunias global.
“Tantangan dalam menjalankan transisi energi sangat besar, baik dari segi teknis, kebijakan, komersial, dan pendanaan. Untuk itu kolaborasi yang kuat antar komunitas global sangat dibutuhkan karena PLN tidak bisa menjalankan semuanya dalam suasana kesendirian, perubahan iklim adalah permasalahan global yang harus dihadapi bersama-sama," pungkas Darmawan.
Editor : Redaksi