Bertahan Hidup di Dunia Seni ala Heri Lentho

Reporter : Ardhia Putri
(Sumber Foto: Tangkapan layar Instagram Herilentho)

Kilasbisnis.com, Surabaya- Dunia seni pertunjukan di Indonesia tengah menghadapi ujian berat. Di tengah derasnya arus perubahan zaman dan tekanan ekonomi, bertahan hidup lewat kesenian bukan perkara mudah. Heri Prasetyo (atau lebih dikenal dengan nama Heri Lentho, lahir 13 Mei 1967) adalah seniman berkebangsaan Indonesia.

Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi. Dia telah menciptakan banyak karya yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia. Heri Lentho merupakan salah satu penerima penghargaan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia untuk katagori kreator seni pertunjukan, pada tahun 2014.

Budayawan dan pelaku seni ini, memberi jawaban sederhana namun dalam: konsistensi menyapa penonton adalah kunci utama.

“Teman-teman saya 90 persen jadi pengajar. Bertahan di dunia seni itu bukan hanya soal mencipta, tapi bagaimana rutin berinteraksi dengan audiens,” ujarnya saat ditemui di Surabaya, Senin (11/8).

Heri menegaskan, seniman yang sukses adalah mereka yang punya visi kuat: membangun manusia melalui karya seni. “Penonton datang bukan hanya untuk hiburan, tapi mencari nilai dan makna,” katanya.

Bukan cuma di panggung gedung, Heri memilih jalur berbeda. Jalanan, kereta api, bahkan hutan jadi panggungnya. “Di situ kita bisa menyapa denyut kehidupan langsung. Penonton yang kita temui jauh lebih beragam dan jujur dalam merespon,” ujarnya.

Mengenang masa 1992–1998, Heri bercerita tentang geliat seni yang membara pada saat itu. Seniman dan aktivis berkumpul, berdiskusi, mencipta karya yang bukan sekadar estetis, tapi juga politis dan menggerakkan. Ia sendiri terinspirasi oleh tokoh nasionalis dan aktivis seni yang memadukan karya dengan kegelisahannya, yang justru melahirkan karya seni.

Namun, perjalanan bertahan di dunia seni tak lepas dari tantangan. Birokrasi yang rumit dan keterbatasan dana sering menjadi penghalang. Sejak 1988, Heri telah menulis sekitar 300 naskah drama, banyak mengangkat kritik sosial dan politik. Kini, ia berupaya mendokumentasikan karya-karyanya agar bisa dinikmati generasi berikutnya.

Pesan Heri untuk para seniman muda jelas: bertahan hidup di dunia seni butuh napas panjang, karakter kuat, dan keberanian untuk tetap relevan. Seni yang hidup adalah seni yang terus bernapas bersama masyarakat, bukan sekadar pajangan di panggung.

Dalam dunia yang terus berubah, seni yang mampu bertahan adalah seni yang mampu beradaptasi, menyapa, dan memberi makna. Itulah kunci agar seni tak hanya bertahan, tapi terus hidup dan berkembang.(Nik)

Editor : Redaksi

Ekonomi
Berita Populer
Berita Terbaru