Kilasbisnis.com, Bandung - EIGER Junior, lini perlengkapan anak dari EIGER Adventure, memulai misi sosial bertajuk “Satu Tas di Pundakmu, Satu Harapan di Pundak Mereka.”
Sebanyak 2.000 tas sekolah dikirimkan ke berbagai pelosok Indonesia, dari Jawa Barat, Kepulauan Mentawai, pedalaman Sulawesi Tengah, Halmahera Tengah, hingga Pulau Seram di Maluku.
Di balik setiap tas, terselip surat-surat penuh semangat dari anak-anak kota, membisikkan pesan persaudaraan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.
Perjalanan dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Cangkuang, Kampung Langkob, Desa Bojong Salam, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Tiga jam dari pusat kota, jalanan aspal perlahan berubah menjadi tanah berbatu dan lumpur. Di titik di mana mobil tak lagi bisa melaju, perjalanan dilanjutkan dengan sepeda motor yang ban dan mesinnya sudah disesuaikan untuk menaklukkan tanjakan dan medan berat.
Tim EIGER Junior, ditemani Agnes Lukito selaku Head Division EIGER Women & Junior, menembus hutan dan jalan berbatu selama 45 menit. Di ujung perjalanan, mereka disambut tawa dan sorak anak-anak MI Cangkuang. Ruang kelas mereka sederhana, atap berlubang dan lantai retak, namun kebahagiaan terpancar jelas di wajah polos mereka—seolah tas-tas baru itu adalah jembatan menuju dunia yang lebih luas dan penuh kemungkinan.
Asep, Kepala Sekolah MI Cangkuang, menyambut tim dengan penuh syukur. “Perjalanan ke sini memang tidak mudah, tapi semangat anak-anak untuk sekolah jauh lebih besar daripada tantangan yang ada,” ujarnya.
Dinanti Bella Shafira, Brand Campaign EIGER Women & Junior, menuturkan makna di balik aksi ini. “Setiap tas yang kami bawa, adalah simbol harapan dan masa depan. Kami ingin membuka lebih banyak jalan bagi anak-anak Indonesia untuk belajar dan bermimpi,” katanya.
Program ini juga mengajak anak-anak di kota untuk belajar berbagi. Setiap pembelian tas EIGER Junior selama Juli 2025, pembeli dapat menuliskan surat untuk anak-anak di pelosok, surat yang kemudian akan dikirimkan bersama tas. “Kami ingin menumbuhkan empati dan membuka wawasan, bahwa masih banyak anak-anak lain yang belum seberuntung mereka,” tambah Agnes.
Lebih dari sekadar aksi sosial, perjalanan ini adalah pengingat bahwa pendidikan di negeri ini masih menghadapi tantangan berat. Namun, di balik keterbatasan, selalu ada ruang untuk harapan. Tas-tas itu bukan hanya wadah buku dan alat tulis, tetapi juga wadah mimpi dan cita-cita yang menanti untuk tumbuh.
Di tengah gegap gempita pembangunan, masih banyak anak Indonesia yang harus berjuang menembus hutan dan jalan rusak demi menuntut ilmu.
Inisiatif seperti yang dilakukan EIGER Junior adalah secercah cahaya, namun juga sekaligus kritik halus bagi para pemangku kebijakan: sudahkah akses pendidikan benar-benar merata? Sudahkah setiap anak Indonesia mendapat hak yang sama untuk bermimpi?
Perjalanan EIGER Junior masih panjang, menyusuri ribuan kilometer, menembus batas-batas geografis dan sosial.
Namun, setiap langkah mereka adalah langkah kecil menuju Indonesia yang lebih adil—Indonesia di mana setiap anak, di mana pun ia lahir, punya kesempatan yang sama untuk meraih masa depan.
Dan di pundak-pundak kecil itu, tas-tas baru kini menari bersama harapan yang tak pernah padam.
Editor : admin