Gusti Kanjeng Ratu Hemas (Kiri) menerima simbolis penyerahan pot berbahan baku FABA dari Direktur Manahemen Human Capital dan Administrasi PLN Nusantara Power Karyawan Aji di lingkungan Keraton. (Sumber gambar: Tim Humas PLN NP)
Kilasbisnis.com, Surabaya - PLN Nusantara Power (PLN NP) berhasil mengubah sisa pembakaran batu bara menjadi pot bunga yang estetis. Sebanyak 150 pot bunga dari Fly Ash Bottom Ash (FABA) diserahkan kepada Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas di Keraton Yogyakarta. Inisiatif ini merupakan upaya PLN NP dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memberikan manfaat sosial. Pot bunga tersebut akan digunakan untuk mempercantik lingkungan di sekitar keraton.
GKR Hemas yang menerima langsung pot FABA tersebut menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada PLN Nusantara Power. Menurutnya, strategi dalam pengolahan FABA ini adalah salah satu upaya dalam meningkatkan kelestarian lingkungan.
"Terima kasih kepada PLN Nusantara Power atas komitmennya yang juga melestarikan lingkungan. Pot yang berbahan FABA ini akan menjadi penghias sudut-sudut di wilayah Yogyakarta."
Pot FABA ini merupakan salah satu produk pengolahan FABA yang merupakan sisa pembakaran pada PLTU. Dibutuhkan total sebanyak 3,04 ton FABA untuk membuat 150 buah pot dan dalam pengerjaannya bekerja sama dengan masyarakat sekitar PLTU Rembang.
Selain pot FABA, PLTU Rembang juga telah bekerjasama dengan perusahaan produksi semen, perusahaan produsen beton, dan perusahaan pembuat paving block dalam melakukan pemanfaatan dan pengolahan FABA menjadi barang yang memiliki nilai manfaat.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menyampaikan pemanfaatan FABA ini sudah banyak dilakukan di unit pembangkit milik PLN Nusantara Power. Bahkan di daerah lain, PLN NP berhasil mengolah FABA menjadi rumah layak huni yang diberikan kepada warga kurang mampu.
"Kami PLN Nusantara Power selalu berkomitmen untuk menghadirkan nyala terang energi listrik bagi Indonesia. Selain itu, di seluruh unit pembangkit kami juga telah berupaya untuk memberikan manfaat kepada sosial dan lingkungan," terang Ruly.
FABA adalah material sisa dari proses pembakaran batu bara. Secara fisik, FABA berbentuk seperti debu halus yang mirip dengan abu dari gunung berapi. Perbedaannya terletak pada tingkat kehalusan, tekstur FABA sedikit lebih halus jika dibandingkan dengan abu vulkanik.
Sedangkan perbedaan antara fly ash dan bottom ash terletak pada ukuran dan karakteristiknya. Walaupun keduanya berasal dari hasil proses pembakaran batu bara, tetapi bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada fly ash yang berukuran lebih halus, sehingga bottom ash disebut sebagai abu yang "terendapkan" dan fly ash disebut sebagai abu terbang.
Beberapa laboratorium telah melakukan uji kimia dan biologi atas FABA, antara lain laboratorium Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM bersama Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran. Beberapa pengujian toksikologi pun menunjukkan bahwa abu batu bara (FABA) yang diteliti dapat dikategorikan sebagai limbah tetapi bukan B3.
Pemanfaatan FABA yang paling memungkinkan secara ekonomis adalah untuk bahan konstruksi. Ini yang menjadi salah satu pemantik PLN untuk mendorong pemanfaatannya, bukan hanya untuk perusahaan tapi juga untuk masyarakat. Selain sebagai salah satu strategi mencapai target karbon netral pada tahun 2060, pemanfaatan FABA telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.(Nik)
Editor : Ardhia Putri