Kilasbisnis.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Kamis (1/2/2024) di Jakarta mengumumkan angka inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 sebesar 2,57 persen secara tahunan atau year on year (YoY), dengan IHK mencapai 105,19, naik dari 102,55 pada Januari 2023. Sementara secara bulanan atau month to month (MtM), BPS mencatat inflasi sebesar 0,04 persen dan tingkat inflasi year to date (YTD) sebesar 0,04 persen. Inflasi (YoY) di awal tahun 2024 ini lebih rendah dibandingkan inflasi akhir tahun 2023 sebesar 2,61 persen (YoY). Hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis Berita Resmi Statistik (BRS) pada hari Selasa (2/1/2024).
"Tingkat inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) Januari 2024 sebesar 2,57 persen secara year on year (YoY), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (Desember 2023)," ungkap Amalia dalam rilis BRS (Berita Resmi Statistik) di Jakarta pada hari Kamis (1/2/2024), yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BPS.
Plt. Kepala BPS Amalia mengatakan berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,84%, seperti beras, rokok kretek mesin, bawang putih, dan tomat. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 1,63% terhadap inflasi IHK secara umum.
"Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar dari kelompok ini antara lain adalah beras, rokok kretek mesin, bawang putih, dan tomat," ungkap Amalia.
Lebih lanjut, Amalia menjelaskan inflasi tahunan Januari 2024 terjadi pada seluruh komponen inflasi. Komponen inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 1,68�ngan andil 1,08%. Komoditas yang mendominasi komponen inflasi inti antara lain adalah emas, perhiasan emas, gula pasir, biaya kontraksi, biaya sewa rumah, dan nasi dengan lauk pauk.
Kemudian, komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) mencatat inflasi tahunan sebesar 1,74�ngan andilnya sebesar 0,38%. Komoditas yang memberikan andil dominan dari komponen ini adalah rokok kretek mesin, kretek tangan, rokok putih mesin, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan antar kota.
Sementara itu, komponen harga bergejolak (volatile food) mencatat inflasi sebesar 7,22�ngan kontribusi ke inflasi tahunan sebesar 1,14%. Komoditas yang dominan dalam menyumbang inflasi adalah beras, bawang putih, tomat, cabai merah, dan daging ayam ras.
Selanjutnya, berdasarkan sebaran wilayah, Amalia mengungkapkan bahwa seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di provinsi Papua Tengah dengan inflasi mencapai 4,76%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung dengan inflasi sebesar 1,21%. (Sac)
Editor : Sekar Arum Catur