Ekonomi Syariah Global Tembus USD3,88 Triliun, Indonesia Bidik Posisi Nomor Satu Dunia 2029

Reporter : Ardhia Putri

Kilasbisnis.com, Surabaya – Ekonomi syariah kini bukan hanya soal ibadah. Ia sudah jadi sistem kehidupan. Dari Surabaya, semangat itu kembali digelorakan. Dari masjid, menuju panggung dunia. 

Direktur Eksekutif Departemen Regional Bank Indonesia, Muhammad Firdauz Muttaqin, menyebut tren ini selaras dengan meningkatnya populasi Muslim dunia yang kini mencapai lebih dari 2 miliar jiwa.  

Baca juga: FESyar Jawa 2025 di Surabaya: Sinergi Ekonomi Syariah untuk Kemandirian dan Pertumbuhan Regional

Seiring dengan itu, gaya hidup halal semakin menguat dan menciptakan peluang besar di sektor konsumsi. Nilai konsumsi produk halal global tercatat menembus USD2,43 triliun. 

“Produk halal kini jauh lebih mudah diakses berkat sertifikasi global dan inovasi berkelanjutan, berbeda dengan dulu yang penuh keterbatasan,” ujar Firdauz dalam seminar nasional Festival Ekonomi Syariah (FESyar) 2025 di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya.  

Di sektor keuangan, industri keuangan syariah mencatat nilai mencapai USD3,88 triliun pada 2024. Pertumbuhan ini turut diperkuat dukungan lembaga internasional seperti Islamic Development Bank (IsDB) yang mendorong tata kelola dan integrasi pembiayaan syariah lintas negara.  

Indonesia, dengan 87% penduduknya beragama Islam, memiliki posisi strategis dalam menggerakkan roda ekonomi syariah global. 

Wilayah Jawa dipandang sebagai poros utama pengembangan ekosistem halal nasional, didukung Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) serta jaringan Komite Daerah (KDEKS).  

Baca juga: FESyar Jawa 2025 Resmi Dibuka di Surabaya, Bank Indonesia Targetkan Transaksi Bisnis Syariah Rp35 Miliar

Direktur Eksekutif KNEKS, Sholahudin Al Aiyub, menambahkan bahwa Indonesia saat ini menempati posisi ketiga dunia dalam sektor ekonomi syariah, terutama industri pariwisata halal. 

Meski peringkatnya stagnan, nilai pertumbuhan semakin mendekati Arab Saudi yang berada di posisi kedua.  

“Pemerintah menargetkan Indonesia bisa menempati posisi nomor satu dalam ekonomi syariah global pada 2029, sebagaimana tertuang dalam RPJMN. Target ini hanya bisa tercapai dengan kolaborasi lintas sektor yang konsisten,” tegas Sholahudin.  

Baca juga: Transaksi Festival Kopi di Surabaya Tembus Rp100 Miliar, BI Dorong Hilirisasi Pangan

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa ekonomi syariah bukan hanya kebijakan, melainkan juga semangat kolektif umat. “Dengan sinergi dan kolaborasi, ekonomi syariah Indonesia bisa menjadi kekuatan global yang kokoh dan berkelanjutan,” ujarnya.  

Ekonomi syariah kini juga telah terintegrasi dalam dokumen strategis nasional seperti RPJPN 2025–2045 dan SIPD. Seluruh pemerintah daerah diwajibkan mengadopsi prinsip ekonomi syariah dalam kebijakan pembangunan wilayah.  

Strategi penguatan ekonomi syariah nasional mencakup peningkatan posisi keuangan syariah Indonesia di dunia, pemberdayaan ekonomi sosial syariah untuk menekan kemiskinan dan ketimpangan, serta penguatan industri halal di sektor makanan, fesyen, kosmetik, farmasi, pariwisata, dan UMKM berbasis syariah.

Editor : Redaksi

Ekonomi
Berita Populer
Berita Terbaru