Kilasbisnis.com, Surabaya- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, Doddy Zulverdi, mengingatkan masyarakat akan risiko yang terkait dengan penggunaan alat keuangan digital. Hal ini disampaikannya dalam acara "Pembukaan Kegiatan Simfoni Rupiah" yang diadakan di Ballroom Hotel Sheraton Surabaya pada Senin (14/8/2023).
Acara tersebut merupakan bagian dari Pekan QRIS Nasional yang menghadirkan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai perubahan konsumen serta pentingnya literasi keuangan digital. Doddy menjelaskan bahwa penggunaan instrument keuangan berbasis digital, seperti mobile banking dan QRIS, semakin meluas di Indonesia. Tidak hanya generasi muda yang terbiasa menggunakan alat-alat digital, tetapi juga masyarakat umum yang semakin mengadopsi penggunaan alat pembayaran berbasis digital.
Baca juga: Uang Beredar di Indonesia Naik, Kredit dan Aktiva Luar Negeri Jadi Pendorong Utama
Kepala BI Jatim, Doddy Zulverdi (kanan) dan Kepala Grup Perlindungan Konsumen DUPK BI Ricky Satria (kiri) di sela-sela pembukaan Simfoni Rupiah 2023 di Surabaya
“Namun, di balik tingginya penggunaan alat keuangan digital, terdapat rendahnya tingkat literasi digital di masyarakat. Data yang dikumpulkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap penggunaan alat-alat keuangan digital masih kurang memadai. Tingkat literasi digital yang rendah ini menimbulkan risiko, terutama terkait dengan keamanan data keuangan,” terang Doddy.
BI Jatim mencatat Jumlah merchant QRIS di Jawa Timur pada Juni 2023 meningkat 41% (YoY) menjadi 2,98 juta, sementara jumlah pengguna QRIS meningkat 82% (YoY) menjadi 5,21 juta. Selain itu nilai dan volume transaksi QRIS di Jawa Timur juga mengalami peningkatan signifikan dengan nilai transaksi sebesar Rp1,75 triliun (naik 296%) dan volume transaksi sebanyak 14,9 juta (naik 155%).
Baca juga: Transformasi Digital Melaju, Transaksi Digital Capai Rp60 Triliun Berkat Inisiatif BSPI 2025
Doddy mengingatkan bahwa masyarakat perlu meningkatkan pemahaman terhadap risiko digital keuangan. Penggunaan alat-alat digital dalam transaksi keuangan dapat memudahkan akses dan efisiensi, namun juga rentan terhadap kejahatan digital. Masyarakat harus berhati-hati dalam menjaga kerahasiaan data pribadi dan keuangan mereka agar tidak menjadi korban kejahatan digital keuangan.
Acara "Pembukaan Kegiatan Simfoni Rupiah" ini diharapkan dapat menjadi platform untuk meningkatkan literasi keuangan digital di masyarakat. Melalui sosialisasi dan edukasi yang disampaikan oleh para ahli dan praktisi di bidang keuangan, Bank Indonesia berkomitmen untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko dan manfaat penggunaan alat keuangan digital. (Nik)
Baca juga: Juda Agung Kukuhkan Ibrahim sebagai Kepala BI Jawa Timur
Editor : Ardhia Putri