Kilasbisnis.com, Surabaya - Yani Golf Surabaya diakui sebagai lapangan golf tertua nomor dua di Indonesia setelah lapangan golf Rawamangun, Jakarta. Lapangan ini terletak di Gunung Sari dan didirikan oleh NV. Shell Indonesia Wonokromo pada tahun 1898 dengan menyewa lahan dari NV. Handel en Bouw Maatschappij, Semarang. Desain lapangan seluas sekitar 60 hektar ini dibuat oleh Prof Enrich Kremmer, dengan 8 hektar di antaranya merupakan hutan lepas.
Pada tanggal 2 Februari 1914, tempat ini diberi nama Surabaya Golf Club, diambil dari nama perkumpulan pemain golf di Surabaya. Pengelolaan lapangan golf kemudian dialihkan ke Yayasan Olahraga Golf Surabaya (YORGS) pada bulan Mei 1965.
Dalam sejarahnya, lapangan ini pernah menjadi tempat berlindung bagi para tentara Indonesia saat melawan sekutu. Yani Golf menjadi saksi perjuangan dan perkembangan Indonesia dari masa ke masa. Awalnya, lapangan ini direncanakan sebagai tempat pemakaman Belanda, namun rencana tersebut akhirnya dibatalkan dan terjadi pemindahan jasad yang sudah terkubur. Belanda kemudian mengubahnya menjadi lapangan golf.
Nur Setiawan, Pegiat Sejarah Surabaya, mengungkapkan bahwa Yani Golf merupakan bukit tertinggi di wilayah Surabaya Selatan. Awalnya, bukit ini direncanakan sebagai kherkof atau pemakaman Belanda, namun akhirnya diubah menjadi lapangan golf karena panorama yang bagus. Nama Ahmad Yani dipilih sebagai nama lapangan ini karena Jenderal Ahmad Yani sering bermain golf di sana saat kunjungan ke Jawa Timur.
Yani Golf juga masuk dalam cagar budaya Surabaya sebagai bangunan publik tempat olahraga. Meskipun usianya sudah tua, masih ada beberapa pohon yang berdiri kokoh di lapangan tersebut. Konon, tidak ada yang berani menebang pohon-pohon tersebut. Di antaranya terdapat pohon trembesi berusia 40 tahun dan pohon sosis (Kigelia pinnata) berusia 60 tahun. Para golfer juga memiliki kesempatan untuk melihat ayam alas yang sesekali muncul.
Selain itu, di lapangan ini terdapat makam FJ.Rothen Buhler yang sudah ada sejak tahun 1836. Makam ini sering disebut sebagai makam Mbah Buhler oleh masyarakat sekitar Yani Golf. Pada awal tahun 1800, Bukit Gunungsari digunakan sebagai areal pemakaman pejabat Hindia Belanda. Namun, pada akhir tahun 1800, areal pemakaman ini dipindahkan ke daerah Kembangkuning Surabaya, kecuali makam Frederic Jacoob Rothen Buhler. Buhler adalah seorang pejabat/penanggung jawab wilayah Timur Pulau Jawa yang berjasa dalam melaksanakan vaksinasi pencegahan cacar air di Surabaya dan sekitarnya.
Di utara makam, terdapat monumen yang didirikan untuk memperingati jasa para Tentara Pelajar. Monumen ini diresmikan pada tanggal 7 Februari 1981 oleh Pangdam VIII Brawijaya, Mayjen TNI Witarmin. Pada papan penunjuk di monumen tersebut tertulis bahwa empat kerangka Tentara Pelajar yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ditemukan di tempat tersebut. Keempat Tentara Pelajar tersebut adalah Soewardjo, Soewondo, Soetojo, dan Syamsudin, yang meninggal di Gunung Sari pada tanggal 28 November 1945. (Sac/teegolf)
Editor : Sekar Arum Catur