Transformasi Digital Melaju, Transaksi Digital Capai Rp60 Triliun Berkat Inisiatif BSPI 2025

Reporter : Ardhia Putri

Kilasbisnis.com, Malang - Transformasi digital di Indonesia semakin pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan pelaksanaan berbagai inisiatif strategis dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 yang digagas Bank Indonesia (BI). Inisiatif ini dinilai mampu mempercepat digitalisasi di berbagai sektor, khususnya di industri keuangan dan perbankan.

Baca juga: Uang Beredar di Indonesia Naik, Kredit dan Aktiva Luar Negeri Jadi Pendorong Utama

BSPI 2025 menghadirkan sejumlah terobosan, seperti SNAP (interkoneksi bank dan fintech), BI Fast, QRIS, digitalisasi di daerah, dan penyederhanaan regulasi. SNAP memudahkan koneksi antara bank dan fintech sehingga akses layanan keuangan menjadi lebih luas. Sementara BI Fast menawarkan sistem pembayaran instan yang cepat dan aman.

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) juga semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi digital. Di sisi lain, digitalisasi di daerah mendorong inklusi keuangan hingga ke pelosok. Penyederhanaan regulasi juga mempercepat adopsi teknologi digital oleh pelaku industri.

Dampak Ekonomi

Transformasi digital yang dijalankan BI melalui BSPI 2025 memberikan dampak positif. Nilai transaksi pembayaran digital tercatat mencapai Rp60,3 triliun, atau setara tiga kali Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, 90�nk di Indonesia telah mengadopsi kanal digital, baik melalui mobile banking maupun internet banking.

Rasio inklusi keuangan juga meningkat dari 48% menjadi 53%, berdasarkan data World Bank 2022. Pertumbuhan transaksi melalui Elektronik Kanal Distribusi (EKD) juga menunjukkan tren positif sejak 2018 hingga 2025, didorong oleh inovasi seperti SNAP, BI Fast, dan QRIS.

Baca juga: Juda Agung Kukuhkan Ibrahim sebagai Kepala BI Jawa Timur

Tantangan dan Langkah Strategis

Meski demikian, transformasi digital juga menghadirkan tantangan. Salah satunya adalah menyediakan alternatif pembayaran yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat dan UMKM. Selain itu, pesatnya inovasi digital menuntut adanya mitigasi risiko fragmentasi industri. Sistem pembayaran domestik juga perlu siap mendukung transaksi lintas batas, terutama dalam kerangka Regional Payment Connectivity (RPC).

BI pun menyiapkan sejumlah langkah strategis, seperti memperluas inovasi QRIS, memperkuat fitur BI Fast, serta mengembangkan pembayaran lintas negara melalui RPC.

Deputi Direktur DKSP Bank Indonesia, Himawan Kusprianto, menegaskan komitmen BI dalam mendorong transformasi sistem pembayaran nasional.

“Transformasi digital di sektor pembayaran bukan hanya soal teknologi, tetapi juga upaya menghadirkan layanan yang inklusif, efisien, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Kami terus memperluas fitur dan jangkauan QRIS serta BI Fast, agar manfaat digitalisasi benar-benar dirasakan hingga ke pelosok negeri,” ujar Himawan di Malang.

Baca juga: Sinergi Kuat di Jawa Timur: Menjaga Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Himawan juga menambahkan, kolaborasi lintas sektor dan penyediaan infrastruktur publik yang adaptif menjadi kunci agar Indonesia mampu bersaing di era ekonomi digital global.

Dengan kebijakan yang adaptif dan inovasi berkelanjutan, Indonesia optimistis dapat menghadapi tantangan digitalisasi dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Transformasi digital yang inklusif diyakini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing Indonesia di tingkat global. (Nik)

Editor : Ardhia Putri

Ekonomi
Berita Populer
Berita Terbaru