Kilasbisnis.com, Jakarta-
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) membukukan kinerja solid pada semester pertama 2025. Perseroan mencatat EBITDA sebesar US$176 juta, tumbuh 18 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini ditopang oleh penjualan emas dan bijih nikel yang mencapai level tertinggi, meski pendapatan total turun akibat penyesuaian sementara pada operasi nikel.
Sepanjang Januari–Juni 2025, Merdeka meraih pendapatan US$855 juta. Penjualan emas naik 15 persen menjadi 59.535 ounces, sementara produksi bijih nikel melonjak 78 persen menjadi 6,9 juta ton. Kenaikan produksi itu mendorong penjualan nikel naik 32 persen. Namun, kontribusi Nickel Pig Iron (NPI) dan High Grade Nickel Matte (HGNM) menurun karena pemeliharaan smelter terjadwal dan pengurangan produksi strategis.
Baca juga: Merdeka Gold Resources Tawarkan Saham Perdana, Fokus Kembangkan Tambang Emas Pani
Laba bersih perseroan hanya mencapai US$8 juta, tertekan oleh biaya keuangan yang lebih tinggi akibat kenaikan utang, beban pajak, serta kontribusi lebih rendah dari NPI dan HGNM.
“Operasi emas kami menjadi pendorong utama kinerja Merdeka yang kuat, gabungan dari produksi sesuai target dan harga emas yang tinggi. Disiplin dalam pengelolaan biaya juga memungkinkan pertumbuhan EBITDA meski operasi nikel mengalami penyesuaian sementara,” kata Presiden Direktur Merdeka, Albert Saputro, dalam keterangan resmi.
Merdeka juga mencatat kemajuan signifikan pada proyek-proyek strategis. Proyek Emas Pani di Gorontalo telah mencapai 67 persen pada akhir kuartal II 2025. Rekayasa detail dan pengadaan selesai, kontraktor mulai memasang infrastruktur pengolahan dan kelistrikan, sementara fasilitas pelabuhan dan tangki bahan bakar sudah beroperasi. Proses komisioning heap leach ditargetkan dimulai akhir 2025, dengan produksi emas pertama pada kuartal I 2026.
Baca juga: Pani Gold Project Dapat Apresiasi Gubernur Gorontalo atas Pengembangan SDM dan Pendidikan
Di sektor nikel, PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) mengoperasikan fasilitas Acid Iron Metal (AIM) yang terdiri dari pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga. Pabrik pirit dan asam telah beroperasi penuh, sementara dua pabrik lainnya ditargetkan mencapai kapasitas maksimal pada akhir tahun ini.
Selain itu, PT ESG New Energy Material mencatat penjualan 9.465 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dari Train A pabrik HPAL berkapasitas 30.000 ton per tahun. Train B mulai berproduksi pada akhir kuartal II 2025. Sementara itu, pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton per tahun ditargetkan memulai komisioning train pertama pada pertengahan 2026.
Baca juga: MDKA mereklamasi lahan seluas 26,77 hektar Selama 2024
Albert menegaskan portofolio Merdeka yang terdiversifikasi menjadi kekuatan utama perseroan. “Proyek Emas Pani diproyeksikan mulai berproduksi awal 2026 dan akan memperluas basis produksi jangka panjang. Bisnis nikel kami juga berada dalam posisi untuk pemulihan kuat setelah pemeliharaan terjadwal dan beroperasinya fasilitas HPAL,” ujarnya.
Ia menambahkan, proyek-proyek pertumbuhan strategis Merdeka akan memperkuat peran perseroan dalam mendukung transisi energi Indonesia.
Editor : Redaksi