Kilasbisnis.com,Surabaya - Peran perempuan dalam literasi keuangan menjadi sorotan utama dalam upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberantas praktik keuangan ilegal. Berdasarkan data OJK Jawa Timur, lebih dari separuh pelapor kasus pinjaman online (pinjol) dan investasi bodong di provinsi ini adalah perempuan—terutama ibu rumah tangga dan karyawan swasta.
Perempuan Jadi Kelompok Paling Rentan
Kepala OJK Jawa Timur, Yunita Linda Sari, mengungkapkan bahwa dari total 1.275 laporan praktik keuangan ilegal hingga 30 September 2025, sekitar 57 persen pelapor adalah perempuan. Sebagian besar di antaranya terjerat pinjol ilegal karena kebutuhan ekonomi mendesak dan minimnya pemahaman soal pengelolaan keuangan digital.
“Perempuan, khususnya ibu rumah tangga, sering kali menjadi target empuk karena mereka aktif dalam aktivitas keuangan keluarga, namun tidak selalu memahami risiko di balik tawaran investasi atau pinjaman cepat,” ujar Yunita.
Yunita menambahkan, pola penipuan keuangan digital kini semakin canggih. Banyak pelaku menawarkan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat, terutama melalui aplikasi atau platform media sosial. “Mereka memanfaatkan ketidaktahuan dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Karena itu, literasi keuangan menjadi benteng pertama,” katanya.
KSH Didorong Jadi Agen Edukasi Keuangan
Melihat kondisi tersebut, OJK bersama Pemkot Surabaya melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk menjadi agen literasi keuangan di masyarakat. Ribuan KSH yang tersebar di berbagai kelurahan akan diberi pelatihan khusus agar mampu memberikan edukasi dasar tentang pengelolaan keuangan, mengenali modus penipuan digital, hingga membantu warga melapor jika menjadi korban.
“Anggota KSH ini mayoritas perempuan. Mereka punya kedekatan sosial yang kuat di lingkungan masing-masing, sehingga efektif untuk menyampaikan pesan literasi keuangan,” kata Yunita.
Langkah ini juga sejalan dengan program pemberdayaan perempuan yang dijalankan Pemkot Surabaya. Staf Ahli Wali Kota Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan Keuangan, Agus Imam Sonhaji, menegaskan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam menciptakan keluarga yang tangguh secara finansial.
“Kalau ibu-ibu di rumah sudah paham cara mengelola uang dan mengenali risiko investasi, otomatis keluarga akan lebih terlindungi. Literasi keuangan ini bukan hanya soal angka, tapi juga soal kemandirian dan perlindungan sosial,” ujar Agus.
Pemkot Surabaya menargetkan agar seluruh KSH dapat menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam kampanye “Masyarakat Melek Finansial”. Selain pelatihan, pemerintah juga menyiapkan kanal pengaduan cepat bagi warga yang menjadi korban penipuan keuangan digital.
“Warga Surabaya harus berdaulat secara finansial, tidak mudah tergiur janji manis, dan berhati-hati dalam mengelola uang,” tegas Agus.
Dengan keterlibatan aktif perempuan dan KSH, Surabaya berharap bisa menjadi contoh kota yang tidak hanya tangguh secara ekonomi, tetapi juga cerdas dalam menghadapi tantangan keuangan digital.
Editor : Redaksi