Sumber gambar : Tangkapan layar youtube BI Jatim
Kilasbisnis.com, Surabaya – Gubernur BI Perry Warjiyo menyoroti strategi untuk mengamankan pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi Indonesia. Dalam acara Bank Indonesia Mengajar di Kampus Universitas Airlangga Surabaya, Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa meskipun situasi ekonomi global mengalami perlambatan, perekonomian nasional Indonesia masih berhasil tumbuh sebesar 5,17% (YoY). Perry Warjiyo juga membagikan beberapa faktor kunci yang mendukung ketahanan perekonomian Indonesia di tengah melambatnya ekonomi global.
"Alhamdulillah, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 mampu tumbuh sebesar 5,17% (YoY) di tengah-tengah ekonomi global yang melambat, khususnya di dua perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok," ujar Perry.
Lebih lanjut, Perry menyatakan bahwa hingga Juli 2023, laju inflasi Indeks Harga Konsumen juga terkendali sebesar 3,02 persen (YoY). Angka inflasi ini menunjukkan bahwa sudah mengarah ke titik tengah sasaran inflasi Pemerintah dan Bank Indonesia, yaitu kisaran 3% + 1%. Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan tetap terkendali di kisaran target hingga akhir tahun 2023 ini.
Dalam kesempatan BI Mengajar tersebut, Perry mengungkapkan sejumlah kunci keberhasilan mengenai resiliensi ketahanan perekonomian Indonesia di tengah melambatnya ekonomi global. Pertama, kebijakan sektor riil melalui reformasi struktural guna mengoptimalkan Solow Growth untuk menjaga pertumbuhan pada jalur potensialnya. Ini dilakukan dengan menciptakan tenaga kerja yang handal, mendorong tingkat tabungan dan investasi, serta meningkatkan Total Factor Productivity (TFP).
Kedua, policy mix yang optimal antara kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan fiskal Kementrian Keuangan yang saling bersinergi, melengkapi, dan menguatkan untuk menjaga sisi permintaan agregat agar tingkat pertumbuhan perekonomian selalu mendekati potensialnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam BI mengajar di Kampus Universitas Airlangga Surabaya.
Ketiga, policy mix Bank Indonesia yang meramu satu jamu pahit dan empat jamu legi (manis) menjadi suatu racikan yang harmonis dan mujarab. Jamu pahit dilakukan dengan mengoptimalkan suku bunga acuan 7-DRR guna mengendalikan laju inflasi sesuai target dan menjaga kestabilan kurs Rupiah.
"BI itu punya lima jamu, yaitu satu jamu moneter untuk pro-stability, dan empat jamu lain adalah pro-growth yaitu makro prudential, digitalisasi sistem pembayaran, UMKM dan juga pendalaman pasar keuangan,” kata Perry.
Penjelasan dari empat jamu manis yang dimaksud, pertama dengan stimulus pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan. Kedua, pendalaman pasar keuangan untuk mendukung pembiayaan infrastruktur dan hilirisasi sektor-sektor peningkatan nilai tambah sumber daya alam. Ketiga, digitalisasi sistem pembayaran untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, seperti akselerasi QRIS Tuntas (Tarik Tunai Setor). Terakhir, mendorong perkembangan ekonomi keuangan syariah, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta ekonomi hijau. (Nik)
Editor : Ardhia Putri