Kilasbisnis.com, Surabaya – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan pada 16 Agustus 2023 memperingatkan tentang tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 sebagai salah satu dari lima besar kekuatan ekonomi dunia. Ia menyoroti peluang dari bonus demografi, kepercayaan internasional, serta persiapan sumber daya manusia dan infrastruktur yang menjadi fondasi untuk mencapai tujuan tersebut. Jokowi juga menekankan pentingnya konsistensi reformasi struktural, kepemimpinan yang berkualitas, dan dukungan dari seluruh komponen bangsa.
"Ini yang bolak balik saya sampaikan di setiap kesempatan bahwa Indonesia saat ini punya peluang besar. Untuk meraih Indonesia Emas 2045 meraih posisi jadi 5 besar kekuatan ekonomi dunia. Strategi untuk meraihnya sudah dirumuskan. Tinggal apakah kita mau memfokuskan energi kita untuk bergerak maju atau justru membuang energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif," kata Presiden Jokowi Dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI yang disiarkan secara daring pada Rabu, 16 Agustus 2023.
Terkait dengan peluang meraih Indonesia Emas 2045, Presiden Jokowi menyoroti peluang besar dari bonus demografi yang harus dioptimalkan untuk kemajuan perekomonian Indonesia.
"Bonus demografi kita yang akan mencapai puncaknya di tahun 2030-an adalah peluang besar kita untuk meraih Indonesia Emas 2045. Kurang lebih 68�ri populasi Indonesia adalah penduduk usia produktif. Disinilah kunci peningkatan produktivitas tenaga kerja nasional kita," jelas Presiden Jokowi.
Selanjutnya peluang besar yang kedua adalah kepercayaan internasional yang dimiliki Indonesia saat ini. Hal tersebut tercermin dari momentum Presidensi Indonesia di G20, Keketuaan Indonesia di ASEAN dan kesuksesan menghadapi krisis dunia dalam 3 tahun terakhir, yang menempatkan Indonesia kembali dalam peta percaturan dunia.
Selain itu, Jokowi juga menyampaikan persiapan Sumber Daya Manusia Indonesia, di mana salah satunya berhasil menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9 di 2022, dan menaikkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5 di 2022.
"Termasuk didalamnya re-skilling dan up-skilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Pra-Kerja," jelas Jokowi di Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI. Presiden Jokowi juga menambahkan bahwa SDM yang dipersiapkan Indonesia harus mendapat lapangan kerja untuk bisa meningkatkan produktivitas nasional.
"Sehingga kita juga harus kembangan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya. Disinilah peran sektor Ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity kita untuk meraih kemajuan karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi terbarukan," tambah dia.
Terkait dengan hilirisasi tersebut, Presiden Jokowi pun kembali menyerukan pemberhentian ekspor bahan mentah dan secara konsisten melakukan hilirisasi untuk nikel, tembaga, bauksit, CPO, dan Rumput laut. Salah satu yang disinggung Kepala Negara adalah pemberhentian ekspor nikel mentah sejak tahun 2020.
"Investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat, kini telah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar," kata Jokowi.
Jokowi juga menyampaikan bahwa fondasi untuk menggapai Indonesia Emas 2045 sudah dimulai, yaitu pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing Indonesia.
"Berdasar International Institute for Management Development (IMD), daya saing kita di 2022 naik dari rangking 44 menjadi 34. Ini merupakan kenaikan tertinggi di dunia," papar Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung pentingnya konsistensi reformasi struktural terutama melalui penyederhanaan regulasi, kemudahan perizinan, kepastian hukum dan pencegahan korupsi sebagai modalitas untuk meraih kemajuan meraih Indonesia Emas 2045. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah estafet kepemimpinan nasional di masa depan.
"Saya berulang kali menyampaikan kepemimpinan kedepan sangat menentukan masa depan Indonesia. Ini bukan tentang siapa yang jadi Presidennya. Tapi apakah sanggup atau tidak untuk bekerja sesuai dengan apa yang sudah dimulai saat ini. Apakah Berani atau tidak? Mampu konsisten atau tidak? Karena yang dibutuhkan itu adalah nafas yang panjang karena kita tidak sedang jalan-jalan sore. Kita juga tidak sedang lari sprint tapi yang kita lakukan harusnya adalah lari marathon untuk mencapai Indonesia Emas," kata Presiden Jokowi.
Jokowi mengingatkan, tantangan kedepan tidaklah mudah. Pilihan kebijakan akan semakin sulit sehingga dibutuhkan keberanian dan kepercayaan, serta berani mengambil keputusan yang sulit dan tidak populer.
"Oleh sebab itu menurut saya, pemimpin itu harus punya public trust sebagai salah satu faktor penentu. Bisa berjalan atau tidaknya suatu kebijakan, bisa diikuti atau tidaknya sebuah keputusan. Selain itu, seorang pemimpin juga membutuhkan dukungan dan kerjasama dari seluruh komponen bangsa." imbuhnya.
Sebagai pamungkas, Presiden juga memamerkan hitung-hitungan perkiraan pendapatan per kapita Indonesia dalam 10 tahun, 15 tahun dan 22 tahun ke depan.
"Pendapatan per kapita dalam 10 tahun ke depan akan capai Rp 153 juta (USD 10.900), dalam 15 tahun mencapai Rp 217 juta ($ 15.800), dan dalam 22 tahun akan capai Rp 331 juta ($ 25.000). Sebagai perbandingan, tahun 2022 kemarin, kita berada di angka Rp 71 juta," pungkas Jokowi. Semoga bisa meraih Indonesia Emas 2045. MERDEKA. (Sac)
Editor : Sekar Arum Catur