Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi. (Sumber gambar : Kilasbisnis.com)
Kilasbisnis.com, Surabaya — Bank Indonesia mencatat bahwa pada tanggal 18 Oktober 2023, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, sebesar 106,21 atau menguat sebesar 2,60 persen (ytd) dibandingkan dengan akhir tahun 2022.
Kenaikan ini memberikan tekanan pada mata uang negara-negara di seluruh dunia, termasuk mata uang kawasan seperti Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Peso Filipina.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi mengtakan, meskipun demikian, Bank Indonesia berhasil menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dengan langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan.
“Meskipun terjadi perlambatan kinerja ekonomi di Jawa dan Jawa Timur pada Triwulan III 2023, diharapkan bahwa kinerja ekonomi Jawa Timur akan membaik pada Triwulan IV 2023, didorong oleh peningkatan konsumsi dan investasi,” ujar Doddy dalam Bincang Bareng Media di Magelang pada Rabu, 15 November 2023.
Doddy juga menyebutkan bahwa dengan langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi sebesar 1,03 persen (ytd), yang relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara-negara lain di kawasan dan global.
Bank Indonesia juga telah mempercepat upaya pendalaman pasar uang Rupiah dan pasar valuta asing, termasuk optimalisasi Sertifikat Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan instrumen-instrumen lainnya untuk meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.
Doddy menjelaskan bahwa koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah, perbankan, dan dunia usaha terus ditingkatkan dan diperluas untuk implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.
Sementara itu, kinerja ekonomi Jawa pada Triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,8 persen (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan dengan Triwulan II yang tumbuh sebesar 5,1 persen (yoy), dan lebih rendah dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Nasional yang mencapai 4,9 persen (yoy).
Doddy menjelaskan bahwa perlambatan ini disebabkan oleh normalisasi belanja Kementerian/Lembaga dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta keterbatasan belanja modal pemerintah yang berdampak pada melambatnya realisasi investasi.
Perlambatan ini juga dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan perbaikan net ekspor, yang masing-masing didorong oleh peningkatan permintaan terhadap jasa keuangan, asuransi, kesehatan, serta membaiknya permintaan dari mitra dagang utama Jawa.
Sementara itu, kinerja ekonomi Jawa Timur pada Triwulan III 2023 tetap tumbuh positif, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Kinerja ekonomi Jawa Timur pada Triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan II 2023 yang tumbuh sebesar 5,2 persen (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah.
Perlambatan investasi disebabkan oleh penundaan konstruksi proyek strategis, penyelesaian beberapa proyek yang sudah mencapai tahap finishing seperti Bandara Kediri dan smelter tembaga di Gresik, serta kehati-hatian investor akibat peningkatan ketidakpastian global dan situasi politik domestik.
Sementara itu, perlambatan kinerja konsumsi pemerintah disebabkan oleh normalisasi setelah pencairan bantuan sosial, Tunjangan Hari Raya, dan gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara pada Triwulan II 2023.
Perlambatan kinerja ekonomi ini lebih tinggi tertahan oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga yang didorong oleh kenaikan pengeluaran pendidikan (Tahun Ajaran Baru), peningkatan konsumsi peralatan rumah tangga, bahan bakar, dan suku cadang.
Namun, perbaikan kinerja ekspor juga turut menahan perlambatan yang lebih dalam. Kinerja ekspor meningkat seiring dengan peningkatan permintaan eksternal dari mitra dagang utama Jawa Timur, seperti Tiongkok (komoditas lemak/minyak nabati), Eropa (komoditas kimia organik), dan Malaysia (komoditas tembaga dan kayu).
Untuk Triwulan IV 2023, kinerja ekonomi Jawa Timur diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III 2023, didukung oleh perkiraan kinerja konsumsi dan investasi yang lebih tinggi.
Doddy menjelaskan bahwa hal ini diperkirakan akan mendorong perbaikan kinerja sektor perdagangan, sektor konstruksi, dan sektor akomodasi dan makanan minum.
Peningkatan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat pada akhir tahun, seperti momen Hari Besar Keagamaan Nasional, masa libur Natal, hari besar nasional, dan libur sekolah. Selain itu, peningkatan konsumsi juga diharapkan terjadi pada masa safari politik menjelang pemilu tahun 2024, serta adanya insentif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk rumah dengan harga di bawah Rp2 miliar.
Sementara itu, peningkatan investasi diperkirakan akan terjadi terutama karena berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019, dan proyek swasta.
“Untuk tahun 2024, kinerja ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023, dengan pertumbuhan antara 4,9 hingga 5,7 persen (yoy),” pungkasnya. (Nik)
Editor : Ardhia Putri